dailyinfo.blog Dinamika yang sedang terjadi di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendapat perhatian serius dari para kiai sepuh dan jajaran mustasyar PBNU. Mereka berkumpul dalam forum khusus yang digelar di Pesantren Tebuireng, Jombang, untuk menyikapi isu pemakzulan Ketua Umum PBNU yang belakangan ramai dibicarakan di kalangan Nahdliyin dan publik nasional.
Pertemuan tersebut mempertemukan unsur mustasyar, syuriyah, dan tanfidziyah dalam suasana silaturahim yang penuh kehati-hatian. Tujuan utama forum adalah mendengarkan langsung akar persoalan dari berbagai pihak, serta memberikan pandangan keulamaan agar permasalahan tidak berkembang ke arah perpecahan.
Pemakzulan Ketum Dianggap Tak Sesuai AD/ART
Juru bicara forum, KH Abdul Muid atau yang akrab disapa Gus Muid, menjelaskan bahwa para kiai sepuh menilai langkah pemakzulan terhadap KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai Ketua Umum PBNU telah dilakukan di luar ketentuan organisasi. Menurut pandangan kiai sepuh, proses yang ditempuh Syuriyah tidak sejalan dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PBNU.
Beberapa poin keberatan yang disampaikan:
- Keputusan pemakzulan dinilai tidak melalui prosedur musyawarah yang lengkap
- Terdapat potensi kekeliruan dalam dasar dan argumentasi pemberhentian
- Keputusan strategis semacam ini harus melibatkan seluruh unsur pimpinan PBNU
- PBNU memiliki mekanisme penegasan dan tabayyun sebelum keputusan ekstrem diambil
Dengan demikian, forum menilai bahwa keputusan yang diambil justru menimbulkan polemik baru dan membuat kepercayaan Nahdliyin terhadap struktur organisasi mengalami guncangan.
Menjaga Marwah NU Adalah Hal yang Paling Penting
Para kiai sepuh menegaskan bahwa yang sedang dipertaruhkan bukan hanya posisi jabatan, melainkan marwah dan wibawa organisasi yang selama lebih dari satu abad menjadi penopang umat. Mereka mengingatkan bahwa NU adalah rumah besar Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia yang berdiri di atas nilai tasamuh (toleransi), tawasuth (jalan tengah), tawazun (keseimbangan), dan ta’adul (keadilan).
Karena itu, setiap langkah keputusan harus mengutamakan kemaslahatan umat, bukan sekadar persepsi benar-salah ataupun benturan kewenangan antarstruktur.
Gus Muid menyampaikan:
“Kiai sepuh menginginkan persoalan internal tidak menyeret NU ke dalam kegaduhan luas. NU harus menjadi teladan dalam menyelesaikan masalah dengan adab dan musyawarah.”
Forum Kiai Sepuh Minta Dialog Dilanjutkan
Salah satu sikap utama forum adalah meminta proses tabayyun diperpanjang melalui silaturahim yang melibatkan semua pihak. Kiai sepuh menilai pembicaraan tidak boleh berhenti di satu forum saja. Justru harus menjadi rangkaian gagasan menuju solusi terbaik bagi NU.
Poin utama rekomendasi:
| Rekomendasi | Tujuan |
|---|---|
| Tabayyun menyeluruh antara Syuriyah dan Tanfidziyah | Mencegah kesalahpahaman makin melebar |
| Mengutamakan musyawarah kiai sepuh | Memberikan rambu moral dan spiritual |
| Menghentikan keputusan sepihak | Menjaga persatuan jamaah |
| Mengikuti AD/ART secara disiplin | Menegakkan tertib organisasi |
Forum juga mengingatkan bahwa setiap konflik organisasi punya risiko meretakkan barisan umat, terutama di akar rumput pesantren dan masyarakat.
Tebuireng Menjadi Titik Kesejukan
Pemilihan Pesantren Tebuireng sebagai tempat silaturahim bukan tanpa makna. Pesantren bersejarah ini merupakan salah satu pusat peradaban NU sejak berdiri. Nilai-nilai perjuangan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari masih menjadi kompas moral dalam setiap persoalan yang melibatkan Nahdliyin.
Dengan berkumpul di Tebuireng, para kiai ingin mengembalikan penyelesaian konflik kepada nilai luhur pesantren: duduk bersama, mendengarkan, mencari solusi berlandaskan adab dan hikmah.
Kiai Sepuh Bukan Pihak dalam Konflik, Melainkan Penyejuk
Dalam penyampaian resmi, forum menegaskan bahwa kiai sepuh hadir bukan untuk membela satu pihak dan menyerang pihak lain. Yang mereka jaga adalah keutuhan organisasi dan martabat ulama.
NU memiliki sejarah panjang keulamaan yang menyelesaikan persoalan dengan kelembutan, bukan dengan tekanan atau tindakan saling menjatuhkan. Karena itu, forum meminta:
- semua pihak menahan diri dari narasi provokatif
- keputusan-keputusan penting tidak dibawa ke ruang publik secara liar
- media dan masyarakat tidak membesar-besarkan konflik
Persoalan internal harus dijaga agar tidak mengganggu kontribusi NU terhadap bangsa dan umat.
Menatap Jalan Damai untuk NU
Konflik internal dalam organisasi sebesar PBNU memang bukan hal yang sepenuhnya bisa dihindari. Namun cara menyelesaikannya akan menentukan arah perjalanan NU di masa depan. Kiai sepuh berharap momentum silaturahim di Tebuireng menjadi awal dari penyelesaian elegan yang menjaga nilai-nilai warisan ulama.
Forum percaya bahwa:
- NU tetap menjadi garda moderasi di Indonesia
- PBNU akan kembali solid memimpin agenda umat
- Semua kepentingan diarahkan pada persatuan Nahdliyin
Karena itu, keputusan yang diambil harus berangkat dari kebijaksanaan, bukan dari dorongan emosi.
Penutup
Kiai sepuh PBNU telah menyuarakan sikap yang tegas namun penuh keadaban: pemakzulan harus mengikuti AD/ART dan musyawarah para ulama. Ketika organisasi mengelola dinamika dengan cara yang benar, NU akan tetap kokoh sebagai pilar peradaban Islam Nusantara.
Pesan mereka jelas:
NU tidak boleh retak karena salah menyikapi perbedaan pendapat.
Yang kita jaga bukan kursi jabatan, tetapi rumah besar umat.
Semoga gerak langkah berikutnya membawa keteduhan kembali pada Nahdlatul Ulama.

Cek Juga Artikel Dari Platform iklanjualbeli.info
