dailyinfo.blog BNI mengambil langkah besar dalam mendorong transformasi hijau di sektor perkebunan sawit. Bank milik negara ini meluncurkan ESG Advisory Playbook pertama di Indonesia. Dokumen tersebut menjadi panduan komprehensif yang membantu pelaku industri melakukan transisi menuju praktik berkelanjutan secara lebih terarah dan terukur.
Panduan ini lahir sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan internasional terkait isu keberlanjutan. Industri sawit Indonesia kini harus memenuhi berbagai regulasi global, khususnya aturan ketat dari Eropa seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR). Aturan itu berdampak langsung pada rantai pasok dan akses pasar bagi produk sawit nasional.
Peluncuran playbook membuktikan komitmen BNI sebagai bank yang ingin berada di garis depan dalam transisi hijau. Langkah ini juga memperlihatkan bahwa perbankan tidak hanya berfungsi sebagai penyalur pembiayaan, tetapi turut berperan aktif membangun sistem keberlanjutan untuk sektor strategis nasional.
Dukungan Direksi Menguatkan Langkah Transformasi
Seluruh jajaran direksi hadir dalam acara peluncuran. Kehadiran mereka menegaskan bahwa agenda keberlanjutan telah menjadi bagian dari strategi perusahaan, bukan sekadar program tambahan.
Direktur Utama Putrama Wahju Setyawan dan Wakil Direktur Utama Alexandra Askandar memimpin acara tersebut. Mereka didampingi jajaran direksi lain yang membidangi manajemen risiko, corporate banking, commercial banking, hingga solusi wholesale.
Keterlibatan seluruh lini menandakan bahwa playbook akan diterapkan secara menyeluruh dalam operasional bank.
Alexandra menjelaskan bahwa playbook disiapkan sebagai alat pendampingan bagi perusahaan sawit yang ingin memperkuat praktik ESG. Menurutnya, banyak perusahaan membutuhkan panduan yang lebih praktis untuk memulai transisi. Karena itu, playbook dirancang agar mudah diterapkan dan sesuai dengan kondisi lapangan.
Proses Penyusunan Melibatkan Banyak Pihak
Peluncuran playbook bukan hasil kerja satu pihak. BNI melibatkan banyak pemangku kepentingan. Diskusi intensif digelar bersama International Finance Corporation (IFC), Kementerian Pertanian, GAPKI, serta PTPN IV.
Masukan dari berbagai pihak membuat playbook lebih relevan. Dokumen ini tidak hanya berisi konsep, tetapi juga langkah-langkah yang dapat dieksekusi oleh perusahaan sawit. Proses penyusunan tersebut mencerminkan kebutuhan nyata dunia usaha, terutama dalam menghadapi tuntutan regulasi baru.
Pengalaman Industri Menjadi Pembelajaran Bersama
Dalam acara peluncuran, sejumlah pelaku industri berbagi pengalaman. Mereka menceritakan penerapan roadmap ESG di perusahaan masing-masing. Penjelasan itu memberi gambaran tantangan yang sering muncul.
Perwakilan PTPN IV memaparkan proses transisi yang sedang mereka jalankan. Tantangan seperti keterbatasan teknologi, data, dan koordinasi rantai pasok masih sering muncul. Namun, perusahaan tetap optimistis dengan dukungan pendampingan dari lembaga keuangan.
Perwakilan Sinar Mas Agribusiness & Food juga menyoroti betapa kompleksnya rantai pasokan sawit. Setiap mata rantai harus menerapkan standar keberlanjutan agar produk dapat diterima di pasar global. GAPKI menambahkan bahwa kolaborasi lintas pelaku usaha tetap menjadi kunci agar industri sawit tidak tersisih dari pasar internasional.
Pendampingan Jangka Panjang bagi Debitur
Alexandra menegaskan bahwa playbook bukan upaya sesaat. BNI akan terus mendampingi debitur. Pendekatan jangka panjang diperlukan agar perusahaan mampu beradaptasi dengan perubahan global.
Menurutnya, setiap pelaku usaha memiliki kapasitas berbeda. Karena itu, playbook dirancang fleksibel. Perusahaan dapat menyesuaikan langkah transisi sesuai kemampuan dan kesiapan masing-masing. Tujuannya agar semua pelaku industri dapat memulai perubahan tanpa harus menunggu kesiapan penuh.
BNI ingin memastikan bahwa transformasi keberlanjutan bisa dilakukan oleh semua skala usaha, dari perusahaan besar hingga perkebunan rakyat. Pendampingan yang berkelanjutan akan membantu mereka memahami regulasi, mengelola risiko, dan mengimplementasikan perbaikan.
Kontribusi Direktur Jenderal Perkebunan dan GAPKI
Ketua Kelompok Budidaya Kelapa Sawit di Kementerian Pertanian memberikan gambaran arah kebijakan pemerintah. Ia menekankan perlunya akselerasi transisi agar Indonesia tetap kompetitif.
Sementara itu, GAPKI memaparkan pentingnya persiapan sejak dini untuk menghadapi aturan internasional. Indonesia dinilai memiliki peluang besar jika mampu membangun sistem verifikasi yang kuat. Playbook dari BNI diharapkan menjadi salah satu alat bantu yang dapat mempercepat proses tersebut.
Kontribusi untuk Target Net-Zero Indonesia
Inisiatif ini memberikan kontribusi penting terhadap target emisi nol bersih Indonesia pada 2060. Industri sawit memiliki potensi besar untuk ikut menurunkan emisi melalui pengelolaan lahan yang lebih baik, penggunaan energi bersih, dan sistem pemantauan rantai pasok yang lebih transparan.
BNI ingin menjadi bank yang tidak hanya membiayai industri, tetapi juga mengarahkan transformasi. Dengan playbook ini, perusahaan sawit dapat memahami langkah-langkah strategis agar transisi berjalan lebih cepat.
Penutup: Pilar Baru Transformasi Sektor Sawit
ESG Advisory Playbook yang diluncurkan BNI menawarkan peta jalan praktis untuk memperkuat keberlanjutan industri sawit. Panduan ini mendorong perusahaan agar siap menghadapi perubahan regulasi global, meningkatkan daya saing, dan membuka peluang pasar yang lebih luas.
Dengan dukungan penuh dari manajemen, kolaborasi dengan berbagai pihak, serta pendampingan jangka panjang, playbook ini menjadi langkah nyata dalam membangun sektor sawit yang lebih hijau dan tangguh.

Cek Juga Artikel Dari Platform suarairama.com
